Berbagai
fakta membuktikan bahwa sumber daya alam hilang akibat dari kaum
pribumi dengan sengaja maupun tidak sengaja melepaskan lahan secara
besar – besaran hanya untuk mendapatkan keuntungan sesat. Hal ini
juga diakibatkan dari harapan kaum pribumi akan mendapatkan hidup
yang lebih baik jika menjual tanah atau melepas lahan kepada para
pembeli atau para pengusaha, namun sebaliknya kaum pribumi kehilangan
sumber – sumber hidup setelah menjual tanah atau lahannya kepada
pengusaha.
Pengusaha
juga kadang memanfaatkan keterbatasan dan ketertinggalan kaum pribumi
untuk membuat usahanya dilahan yang telah dilepaskan oleh kaum
pribumi, sehingga para pengusaha tidak pernah membuat perjanjian yang
jelas dan pasti untuk kaum pribumi. sehingga kaum pribumi pada
akhirnya tidak bisa berbuat apa – apa, karena telah ditipu oleh
pengusaha dengan jaminan yang tidak jelas dan tidak pasti.
Sesuai
pantauan “Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya”
(KOMISI) dari Magataga sampai Mbulu – mbulu pada bulan juli sampai
dengan Agustus tahun 2011 di Intan Jaya telah melihat lahan Hutan
yang telah dilepas oleh masyarakat kepada pengusaha kayu di sepanjang
jalan Duginduga menuju Kemadoga tepatnya di Migipigumba
Intan Jaya.
Penebangan Hutan diIntan Jaya, Foto: Doc. KOMISI |
Hutan
– hutan yang dianggap keramat oleh nenek moyang pun dibabat habis
tanpa peduli akan leluhur yang menghuni alam tersebut, karena yang
diharapkan masyarakat “Hanya
Ingat Makan Hari Ini dan Pakai Hari Ini” sehingga
tempat dimanah Roh – roh dan arwah – arwa para leluhur tinggal
tidak di pedulikan oleh masyarakat. Namun disisi lain sebenarnya roh
– roh dan arwa – arwa para leluhur itulah yang melahirkan,
menyusui dan membesarkan kaum pribumi untuk menikmati alam yang telah
ada.
Saat
ini roh – roh dan arwah – arwah tidak akan menyakiti kaum pribumi
yang menjual tanah dan hutan, tetapi akan dirasakan pada beberapa
tahun mendatang, karena ditempat itulah kaum pribumi dilahirkan dan
dibesarkan, namun kaum pribumi tidak sadar dan masih terus menjual
tanah dan hutan. Disisi lain hutan dan kayu tidak akan dinikmati
oleh anak dan cucu mereka, karena telah di jual habis.
Masyarakat
Intan Jaya perlu sadar dan tahu bahwa pohon – pohon atau hutan –
hutan berada didekat pinggiran rumah dan bukit – bukit kecil
sedangkan di gunung hanya terdapat pohon – pohon kecil yang dalam
bahasa setempat mengatakan (Tugapa),
oleh sebab itu “Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya”
(KOMISI) menegaskan kepada seluruh masyarakat Intan Jaya dari Anepone
– Sanepone sampai Mbulu – Mbulu bahwa harus membuat perjanjian
yang jelas dan pasti dengan pengusaha kayu atau hutan. Jika pengusaha
kayu tidak membuat perjanjian yang jelas dan pasti kepada masyarakat,
jangan masyarakat coba – coba untuk melepaskan lahan, karena pada
akhirnya masyarakat yang akan mengalami segala kerugian, yaitu berupa
tempat keramat, hutan maupun kayu dan juga generasi tidak akan
menikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar