Rabu, 23 Mei 2012

SUMBER DAYA MANUSIA INTAN JAYA PERLU PERHATIAN SERIUS DARI PEMDA SETEMPAT


oleh*) Martinus Nayagau

Untuk mengelolah dan mengembangkan Sumber Daya Alam (SDM) Kabupaten Intan Jaya dibutuhkan putra- putri Intan Jaya yang mampu dibidang mereka masing-masing. Untuk mengembangkan potensi tersebut dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang handal dan siap dipakai, sehingga pemerintah daerah kabupaten intan jaya musti membuka mata hati untuk memberikan dorongan dan sposor yang memadai. Jika kami diberi dorongan dan sponsor yang baik dan benar, maka ada harapan untuk meningkatkan bakat dan telanta kami.

Kami tahu bahwa tidak ada manusia yang bodok didunia ini, sehingga kami harap agar pemerintah dorong kami dan sponsor kami dibidang yang kami jalani, agar kami dapat mengarahkan pikiran kami untuk benar – benar tekun untuk mencoba dan mencoba meningkatkan potensi dan talenta tersebut.

Pemandangan Intan Jaya, Foto: Martinus Nayagau

Pemerintah kabupaten Intan Jaya musti sadar bahwa lain jaman lain tuntutan. Jaman ini merupakan jaman era globalilasi, sehingga kebutuhan saat ini sangat menutut kita untuk memakai dan menggunakan alat – alat teknologi dengan biaya yang sangat melambung tinggi sedangkan taraf hidup ekonomi orang tua kami sangat rendah yang tidak sebanding dengan tututan jaman saat ini. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja berjalan, karena akan berpengaruh pada roda pemerintahan kabupaten Intan Jaya kedepannya. 
 
Kami sangat akui dan memberi rasa hormat kepada pemerintah Kabupaten Intan Jaya khususnya dinas pertambagan kabupaten Intan Jaya, karena Pada tahun 2011 lalu dinas tersebut telah berupaya memasukan putra kabupaten Intan Jaya di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) sebanyak (24) dua pulu empat peserta calon mahasiswa. 
Namun sangat disayangkan, karena 24 peserta ini bertolak dari latar belakang orang tua yang tidak mampu sehingga sebagian besar keluar meninggalkan univesitas ini sementara yang lainnya masih bertahan walaupun diuniversitas ini biayanya sangat mahal. 
 
Seolah – olah dinas tersebut lempar batu dan sembunyi tangan. Pemerintah sudah tahu bahwa kami dari latar belakang orang tua yang tidak mampu dan jaman globalisasi ini menuntut kita, kenapa masukan kami diuniversitas ini dan tidak membiayai kami dengan sepenuh hati. 
 
Apa Yang Engkau Tabur Kini, Engkau Akan Menuainya”

Penulis adalah anggota Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya Seksi Keamanan, Tinggal di Jayapura.

Masyarakat Intan Jaya Jangan Hanya Ingat Makan Hari Ini dan Pakai Hari Ini


Berbagai fakta membuktikan bahwa sumber daya alam hilang akibat dari kaum pribumi dengan sengaja maupun tidak sengaja melepaskan lahan secara besar – besaran hanya untuk mendapatkan keuntungan sesat. Hal ini juga diakibatkan dari harapan kaum pribumi akan mendapatkan hidup yang lebih baik jika menjual tanah atau melepas lahan kepada para pembeli atau para pengusaha, namun sebaliknya kaum pribumi kehilangan sumber – sumber hidup setelah menjual tanah atau lahannya kepada pengusaha.
 
Pengusaha juga kadang memanfaatkan keterbatasan dan ketertinggalan kaum pribumi untuk membuat usahanya dilahan yang telah dilepaskan oleh kaum pribumi, sehingga para pengusaha tidak pernah membuat perjanjian yang jelas dan pasti untuk kaum pribumi. sehingga kaum pribumi pada akhirnya tidak bisa berbuat apa – apa, karena telah ditipu oleh pengusaha dengan jaminan yang tidak jelas dan tidak pasti.
Sesuai pantauan “Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya” (KOMISI) dari Magataga sampai Mbulu – mbulu pada bulan juli sampai dengan Agustus tahun 2011 di Intan Jaya telah melihat lahan Hutan yang telah dilepas oleh masyarakat kepada pengusaha kayu di sepanjang jalan Duginduga menuju Kemadoga tepatnya di Migipigumba Intan Jaya.

Penebangan Hutan diIntan Jaya, Foto: Doc. KOMISI
Hutan – hutan yang dianggap keramat oleh nenek moyang pun dibabat habis tanpa peduli akan leluhur yang menghuni alam tersebut, karena yang diharapkan masyarakat “Hanya Ingat Makan Hari Ini dan Pakai Hari Ini” sehingga tempat dimanah Roh – roh dan arwah – arwa para leluhur tinggal tidak di pedulikan oleh masyarakat. Namun disisi lain sebenarnya roh – roh dan arwa – arwa para leluhur itulah yang melahirkan, menyusui dan membesarkan kaum pribumi untuk menikmati alam yang telah ada. 
 
Saat ini roh – roh dan arwah – arwah tidak akan menyakiti kaum pribumi yang menjual tanah dan hutan, tetapi akan dirasakan pada beberapa tahun mendatang, karena ditempat itulah kaum pribumi dilahirkan dan dibesarkan, namun kaum pribumi tidak sadar dan masih terus menjual tanah dan hutan. Disisi lain hutan dan kayu tidak akan dinikmati oleh anak dan cucu mereka, karena telah di jual habis. 
 
Masyarakat Intan Jaya perlu sadar dan tahu bahwa pohon – pohon atau hutan – hutan berada didekat pinggiran rumah dan bukit – bukit kecil sedangkan di gunung hanya terdapat pohon – pohon kecil yang dalam bahasa setempat mengatakan (Tugapa), oleh sebab itu “Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya” (KOMISI) menegaskan kepada seluruh masyarakat Intan Jaya dari Anepone – Sanepone sampai Mbulu – Mbulu bahwa harus membuat perjanjian yang jelas dan pasti dengan pengusaha kayu atau hutan. Jika pengusaha kayu tidak membuat perjanjian yang jelas dan pasti kepada masyarakat, jangan masyarakat coba – coba untuk melepaskan lahan, karena pada akhirnya masyarakat yang akan mengalami segala kerugian, yaitu berupa tempat keramat, hutan maupun kayu dan juga generasi tidak akan menikmati.



Suku Migani dan Kekayaan Alam, Foto: Martinus Nayagau
Aku di lahirkan dalam budaya dan adat Migani, namun bukan di besarkan dalam budaya dan adat Migani. Sejak ku kecil Ku tinggalkan orang tuaku, namun saat ini ku sadar bahwa budaya merupakan Darah dalam Daging ku yang membuat Aku dapat bertahan Hidup. Jika tidak ada Darah dalam tubuh ku, aku sama saja dengan orang mati, sehingga aku katakan Budaya – ku merupakan Jati Diri Ku, Jati Diri ku merupakan Darah ku. Untuk itu aku mencoba untuk belajar mengembangkan dan mempertahankan Budaya Migani.

Pada tanggal 2 Juli 1984 Aku (Misael Maisini) dilahirkan  di Ndugusiga Desa Titigi. Nama Misael Maisini diberikan oleh Bapaku “M. B . M” yang sudah meninggal Dunia sejak aku dibangku SD kelas 3, sedangkan Ibuku yang melahirkan, merawat, membesarkan dan memberi ku Dorongan memberiku nama Joni, namun nama ini tidak dipakai hingga saat ini.

            Ku tinggalkan  Ibuku dan Adik – Adik ku sejak tahun 1998 menuju salah satu SMP Ternama dan terkenal di pesisir Pantai Mimika. SMP itu dibangun oleh Missi Katolik Keuskupan Jayapura.  Aku selesai SMP pada tahun 2000 dan tiba di Jayapura pada tahun 2001. Aku  masuk Sekolah di salah satu SMA di Abepura, Namun karena pengaruh lingkungan yang sangat kuat, aku keluar Sekolah pada SMA Kelas 2 dan Aku melanjutkan Sekolah di salah satu SMA di Waena pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2006.

 Aku mencoba masuk di 2 Jurusan yang beda kampus dan ternyata ke - dua 2 - nya dinyatakan telah berhasil, namun ku memilih di jarak yang lebih dekat dari tempat tinggalku. Saat ini ku sudah dibukit untuk mencapai kepuncak gunung dan mengakhiri perjalanan ku. 

Sudah 12 Tahun lamanya Aku di Tempat ini untuk belajar melihat, merasakan dan mengalami semua sandiwara perjalanan ini. Dengan belajar melihat, merasakan dan mengalami hal – hal itu, aku ingin mencoba dan mencoba melakukan perubahan pada diri sendiri dan sesama. Aku tidak suka banyak bicara, tapi banyak mendengar untuk melakukan sebuah Tindakan Nyata.
Kini tiba saatnya ku tinggalkan tempat ini dan mengelilingi samudra, lalui Gunung, Bukit, Telaga, Gua, Rimba dan ku Ingin Berada di Negeri ku yang ditutupi dan diselimuti oleh kabut dan Salju Abadi, yakni Negeri Intan yang sangat Misteri. Ku ingin berada di negeri Intan untuk berbicara dengan Alam Raya dan Manusia serta hewan yang menghuni didalam – nya.